Budidaya Tanaman Jagung

Budidaya Tanaman Jagung - Hallo friend Insurance WCest, In the article you read this time with the title Budidaya Tanaman Jagung, we have prepared this article well for you to read and take the information in it. hopefully the contents of the post Article Informasi, Article Pendidikan, which we write you can understand. okay, happy reading.

Title : Budidaya Tanaman Jagung
Link : Budidaya Tanaman Jagung

Read too


Budidaya Tanaman Jagung

;
Budidaya Tanaman Jagung - Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula, jagung biasanya digunakan sebagai pakan dan bahan industri. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa hasil yang nyata. 
Budidaya Tanaman Jagung

Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah  baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beririgasi serta sebagian kecil di tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada akhir musim hujan (Oktober-November) dan menjelang musim kemarau.
Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di kerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik. 
Kemasaman tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6 – 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berada dalam kondisi optimal. Pengolahan tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik.
Pada tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif untuk mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan air tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara minimum dapat dilakukan terutama pada tanah bertekstur ringan. Pengolahan tanah secara minimum yaitu dengan merotor atau mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40 cm, pda tanah bertekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti bila dibandingkan dengan pengolahan tanah secara sempurna/seluruh permukaan tanah.
Setelah pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu lalu dilakukan pembumbunan. Pembumbunan, disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi gulma yang ada pertanaman jagung. Pembumbunan ini nyata dapat meningkatkan hasil biji jagung. Pembumbunan yang dilakukan pada pertanaman jagung semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang akan ditanami saja dan pembumbumbunan juga dapat meningkatkan hasil produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas jagung berumur dalam, lebih tanggap terhadap pemupukan. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil jagung yang baik bagi varietas berumur dalam diperlukan pupuk yang relatif lebih banyak. Waktu pemberian pupuk dan takaran yang tepat akan memberikan hasil yang tinggi.
Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut di dalam air sehingga mudah hilang baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap. Dikarenakan jikalau pupuk N di berikan secara langsung contoh urea, maka akan menyebabkan pengurangan dalam produksi.dikarenakan pupuk N mudah tercuci dan bersifat mudah menguap higrokopis.
Cara pemberian  pemupukan N yang baik adalah dengan jalan meletakkan pupuk di permukaan tanah dan segera dibumbun atau di tugal di samping tanaman dan di tutup kembali dengan tanah
Takaran per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam.
Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang diragukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua betina oleh tanaman yang tidak dikehendaki, damn pembentukan benih bukan dari tanaman tetua yang diinginkan
Roguing dilaksanakan    pada   umur    2  minggu     dengan    membuang      tanaman     yang menyimpang       dari yang dikehendaki, demikian pula tanaman kultur. Untuk   mempertahankan   kualitas   genetis,   dilakukan   roguing   terhadap   tanaman   dari bunga   yang   menyimpang   dari   yang   seharusnya   dengan   cara   memotong           bunga   betina   dan jantan    serta   pemotomgan   dan   pencabutan   tanaman   yang   menyimpang   ataupun   tanaman yang kurang sehat/sempurna. Pelaksanaan roguing mengundang ketua dan anggota kelompok tani   setempat   serta   kelompok   tani   di   sekitarnya.   Kemudian   diadakan   diskusi   di   lapangan antara pemulia tanaman dan beberapa anggota kelompok tani. Dengan demikian diharapkan kelompok tani dapat memahami dan mandiri dalam penangkaran benih.
Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijnya ditekan menggunakan kuku.
Untuk memperoleh mutu fisiologi yang tinggi, panen sebaiknya dilakukan teapat waktu, yaitu pada saat benih mencapai masak fisiologis. Mengingat bahwa pada saat mencapai tingkat masak fisiologis kadar air benih jagung masih cukup tinggi (35-40%), panen dapat ditunda    sampai benih mencapai masak panen asalkan keadaan lapang cukup menguntungkan (tidak ada hujan). Penundaan waktu panen itu dimaksudkan untuk menurunkan kadar air benih sehingga biaya pengeringan dan kerusakan mekanis yang terjadi saat panen dapat ditekan. Pemanenan yang terlalu dini atau terlalu masak akan menurunkan mutu fisiologi benih yang dihasilkan. Musim tanampun dapat mempengaruhi mutu benih, terutama apabila hujan terjadi pada saat periode pemasakan.
Mutu fisiologi tertinggi dicapai pada saat benih mencapai masak fisiologis. Pada benih jagung, tingkat masak telah dilaporkan berpengaruh terhadap daya berkecambah dan vigor benih.
Peralatan panen juga mempengaruhi mutu beni yang dihasilkan. Cara perontokan pun menentukan vigor awalnya. Jagung di indonesia pada umumnya dipanen secara manual sehingga pengaruhnya terhadap mutu benih tidak perlu dirisaukan. Tetapi pada pengusaha benih yang menggunakan mesin pemanen (combine) perlu diperhitungkan kadar air yang tepat agar kerusakan mekanis dapat diperkecil seminimal mungkin.
Pengolahan benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari kotoran-kotoran fisik, pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size grading), pemilahan berdasarkan berdasarkan berat (density drading), perlakuan dengan bahan kimia tertentu sebelum pengemasan (misalnya pemberian ridomil pada benih) serta cara, jenis dan ukuran kemasan, perlu mendapat perhatian.
Kadar benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya diperhatikan. Kadar air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang tahan simpan. Kerusakan mekanis biasanya lebih kecil apabila benih dipipil pada kadar air 14 – 18 %.
Benih jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi pada saat dimasukkan kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau wadah penyimpanan. Pada industri benih, pengisian benih kedalam alat pengering (driyer), alat pengolahan (air screen cleaner), atau ketempat penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan dengan evelator. Alat ini dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan elevator horizontal.
Bunch dalam moore (1972), meneliti pengaruh kadar air benih terhadap kerusakan benih yang diolah dengan conveyer. Ternyata kerusakan mekanis berkurang apabila kadar air awal benih pada saat operasional tersebut 14-18%. Apabila kadar air benih lebih kecil atau lebih besar dari pada itu kerusakan yang terjadi akan besar. Kerusakan mekanis tampak pada akar primer kecambah.
Kalau benih akan ditaman segera setelah pengolahan, maka hal tersebut tidak perlu dipersoalkan; benih jagung memiliki akar lateral cukup banyak, dan tanpa akar primer pun benih jagung masih dapat dikatakan sebagai kecambah normal. Kalau benih tidak segera ditanam, tetapi disimpan terlebih dahulu, maka kerusakan mekanis mempercepat kemunduran benih: mikroorganisme dan hama gudang lebih mudah menyerang, serta oksigen lebih mudah masuk kedalam biji dan menyebabkan teroksidasinya senyawa-senyawa esensial yang terdapat di lapisan aleuron benih.
Kerusakan mekanis yang telah banyak dilaporkan berpengaruh terhadap vigor benih. 
Pemilihan benih berdasarkan ukuran dilakuka segera setelah benih kering. Pemilihan saringan (screen) yang tepat diperlukan karena setiap varietas memiliki ciri ukuran butiran tersendiri. Benih yang terletak diujung atau di pangkal tongkol, biasanya lebih kecil daripada yang terletak di bagian tengah tongkol. Pemilihan ukuran tersebut di lakukan dengan air screen cleaner.
Pemilihan ukuran dapat diikuti oleh pemilihan bobot (density grading) agar benih yang diperoleh benar-benar merata, baik dalam ukuran maupun bbobotnya sehingga diperoleh pertanaman yang seragam.  Pemilahan bobot dilakukan dengan Gravity tabel atau gravity separator
Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ukuran dan bobot benih berpengaruh terhadap vigor benih beberapa tanaman pangan (baskin, 1970). Namun demikian hasil penelitian Saenong (1982) di muara, bogor, menunjukkan bahwa benih yang berasal dari bagian yang berbeda (ujung, tengah, pangkal) dari tongkol, tidak memberikan hasil yang berbeda sekalipun ada perbedaan pada tinggi tanaman. Benih jagung yang berasal dari bagian pangkal dan ujung tongkol menghasilkan tanaman yang lebih tinggi. Tetapi dengan lingkar batang yang lebih kecil, dari pada beni yang berasal dari bagian tengah tongkol. Benih yang berasal dari bagian tengah tongkol tumbuh tebih kekar.
Perlakuan bahan kimia juga diperlukan oleh benih yang akan ditanam di daerah-daerah yang sering terancam penyakit bulai. Dalam perlakuan benih (seed treatment) keterampilan diperlukan agar konsentrasi bahan kimia tidak meningkatkan kadar air benih yang akan disimpan.

Artikel Budidaya Tanaman Jagung ini bersumberkan dari bahan materi kuliah saya, semoga dapat membantu.


Such is the article Budidaya Tanaman Jagung

That's an article Budidaya Tanaman Jagung this time, hopefully can benefit for you all. okay, see you in other article posting.

You are now reading the article Budidaya Tanaman Jagung with the link address https://wcest.blogspot.com/2016/11/budidaya-tanaman-jagung.html